Bagian 1
Setelah kau pergi,
Aku menari di atas gelombang gelisah
Tak henti rasakan terjangan demi terjangan,
terjangan gelombang yang akhirnya menghanyutkanku...
akhirnya suatu kenyataan pun
harus membuatku berlabuh di atas runcingnya ujung-ujung batu karang,...
dimana tubuhku menyimpan luka,
tiada henti meringis kesakitan...
tetesan demi tetesan darahku terbuang dari luka ini
hingga akhirnya,
Aku harus mati kehabisan darah,
seiring dengan ombak yang kemudian membawaku lagi ke tengah lautan,
ketengah-ketengah dimana kenangan,harapan,semuanya harus ikut serta hilang,
ditengah lautan penghianatanmu...
Aku menari di atas gelombang gelisah
Tak henti rasakan terjangan demi terjangan,
terjangan gelombang yang akhirnya menghanyutkanku...
akhirnya suatu kenyataan pun
harus membuatku berlabuh di atas runcingnya ujung-ujung batu karang,...
dimana tubuhku menyimpan luka,
tiada henti meringis kesakitan...
tetesan demi tetesan darahku terbuang dari luka ini
hingga akhirnya,
Aku harus mati kehabisan darah,
seiring dengan ombak yang kemudian membawaku lagi ke tengah lautan,
ketengah-ketengah dimana kenangan,harapan,semuanya harus ikut serta hilang,
ditengah lautan penghianatanmu...
Bagian 2
Di tengah-tengah kurungan kegelisahan,
tak henti aku menahan sesak,
sesak atas dalamnya rasa sakit ini...
hingga tak ada kesempatanku untuk ambil nafas panjang
aku harus tetap bertahan dikedalaman ini
walau harus ku taruhkan hidup dan matiku...
seiring bergantinya waktu
rasa itu semakin menekan.
aku selalu mencoba tuk bertepi,
tapi kenyataan itu selelu membawaku ke tengah,
ketengah-tengah dimana kenangan itu berawal.
hingga akhirnya aku harus mengakhiri kisah ini dengan sesal,
dan rasa dendam yang mengiring.
Bagian 3
iringan-iringan selalu kumainkan
sebagai peredam sementara luka yang tak tertahan
walau jenuh dan rasa bosan yang ku dapatkan...
Aku tetap berdiri di atas sampan
ikuti angin dan tentukan arah kemana aku harus berlayar,..
Karna berlabuh di hatimu sudah tak mungkin.
dengan ambisi dan egomu,
kau batasi ruang kesempatan
yang awalnya ku cari di sisi-sisi ruang hatimu.
di sisi ruang terang aku bisa rasakan keadaan-keadaan ini,
Sepi dalam kedamaian...
dan kemudian di sisi-sisi ruang malam,
hanya gelap yang ku lihat
dan di sepi tirai malam semakin aku rasakan
sepi yang kian menekan...
menusuk relung jiwa,
dan tak pernah ada nama atas antara
hatiku dan hatimu.
tak henti aku menahan sesak,
sesak atas dalamnya rasa sakit ini...
hingga tak ada kesempatanku untuk ambil nafas panjang
aku harus tetap bertahan dikedalaman ini
walau harus ku taruhkan hidup dan matiku...
seiring bergantinya waktu
rasa itu semakin menekan.
aku selalu mencoba tuk bertepi,
tapi kenyataan itu selelu membawaku ke tengah,
ketengah-tengah dimana kenangan itu berawal.
hingga akhirnya aku harus mengakhiri kisah ini dengan sesal,
dan rasa dendam yang mengiring.
Bagian 3
iringan-iringan selalu kumainkan
sebagai peredam sementara luka yang tak tertahan
walau jenuh dan rasa bosan yang ku dapatkan...
Aku tetap berdiri di atas sampan
ikuti angin dan tentukan arah kemana aku harus berlayar,..
Karna berlabuh di hatimu sudah tak mungkin.
dengan ambisi dan egomu,
kau batasi ruang kesempatan
yang awalnya ku cari di sisi-sisi ruang hatimu.
di sisi ruang terang aku bisa rasakan keadaan-keadaan ini,
Sepi dalam kedamaian...
dan kemudian di sisi-sisi ruang malam,
hanya gelap yang ku lihat
dan di sepi tirai malam semakin aku rasakan
sepi yang kian menekan...
menusuk relung jiwa,
dan tak pernah ada nama atas antara
hatiku dan hatimu.