Kejora langit Bukit bintang
menyapa jiwa jiwa pendusta kata setia..
Ia tersenyum menyulam bayang kebenciaan nya memeluk angkasa hitam..
Tak kala perisau kerasahan Sang Pemeluk Alam memberi damai damai nan teramat semu.
Aku hanya diam lemah tiada daya..
Melawan kuasa sembada rasa nian mencerca getah liur darah Seraut Pena Usang ku..
Mengapa ia tak mengerti arti makna nan ku tulis di dinding Hatinya?
Resah sampah sampah tertiup amarah angin durjana,,,,
laksana tarian iblis terkutuk menghibur selir selir makam masa tertinggal...
aku pun merasa jera menjaga rasa ini...
aku pun merasa enggan bercermin pada retak cermin lusuh mu,,,
aku pun merasa tersiksa dengan rintihan hati ini,,,,
aroma nafas pelacur di tepi wajah kota ...
mengindahkan setiap kata nan ku sanjung,,,
namun ia tak kan rela,,,
terlepas kasta kasta fatwaku telah menelanjangi malam nya...
ia tak kan rela melepas busana buana hitamnya...
kias nestapaku tersentak..!!
menggertak retak dinding lampu badai nan ku genggam...
nuansa siksa ku semakin menjarah darah merahku kian membeku...
qodamku hanya terdiam....
lemah tiada daya...
tertikam nafas nafas nifas bersambut kabut dini hari...
dengan tiada kuduga.....
Bidadari surga nan anggun parasnya..
Sekilas menjelma di hadapan mata hati ku..
Terngiang wajahmu nan ayu..
Begitu indah nya kau ulas bersama bulir bulir permata pemberian jibril..
Laksmana peri perindu di ujung jemari selat sunda..
Tak tersangkal kepedihan menghujat senyumanku..
Kisah kasih ulasan hati telah padam tersiram rajam rintik tetes air mata ketalutan..
Serasa tak berdosa kau bunuh rasa itu selaksa angkara merajam masa sisa sisa sekeping nyawa ku..
menyapa jiwa jiwa pendusta kata setia..
Ia tersenyum menyulam bayang kebenciaan nya memeluk angkasa hitam..
Tak kala perisau kerasahan Sang Pemeluk Alam memberi damai damai nan teramat semu.
Aku hanya diam lemah tiada daya..
Melawan kuasa sembada rasa nian mencerca getah liur darah Seraut Pena Usang ku..
Mengapa ia tak mengerti arti makna nan ku tulis di dinding Hatinya?
Resah sampah sampah tertiup amarah angin durjana,,,,
laksana tarian iblis terkutuk menghibur selir selir makam masa tertinggal...
aku pun merasa jera menjaga rasa ini...
aku pun merasa enggan bercermin pada retak cermin lusuh mu,,,
aku pun merasa tersiksa dengan rintihan hati ini,,,,
aroma nafas pelacur di tepi wajah kota ...
mengindahkan setiap kata nan ku sanjung,,,
namun ia tak kan rela,,,
terlepas kasta kasta fatwaku telah menelanjangi malam nya...
ia tak kan rela melepas busana buana hitamnya...
kias nestapaku tersentak..!!
menggertak retak dinding lampu badai nan ku genggam...
nuansa siksa ku semakin menjarah darah merahku kian membeku...
qodamku hanya terdiam....
lemah tiada daya...
tertikam nafas nafas nifas bersambut kabut dini hari...
dengan tiada kuduga.....
Bidadari surga nan anggun parasnya..
Sekilas menjelma di hadapan mata hati ku..
Terngiang wajahmu nan ayu..
Begitu indah nya kau ulas bersama bulir bulir permata pemberian jibril..
Laksmana peri perindu di ujung jemari selat sunda..
Tak tersangkal kepedihan menghujat senyumanku..
Kisah kasih ulasan hati telah padam tersiram rajam rintik tetes air mata ketalutan..
Serasa tak berdosa kau bunuh rasa itu selaksa angkara merajam masa sisa sisa sekeping nyawa ku..